Home » » Menyingkap Tabir Pikiran, Pahala, dan Dosa

Menyingkap Tabir Pikiran, Pahala, dan Dosa

creative_visualization
creative_visualizationKita selalu takjub melihat flora dan fauna di sekeliling kita. Namun ketakjuban tersebut pasti akan berkurang manakala kita bercermin dan meneliti diri sendiri secara mendalam. Di cermin tersebut kita melihat makhluk yang benar-benar berbeda dari keluarga flora dan fauna lainnya. Ternyata kita adalah spesies yang paling hebat, yang mendominasi dunia. Dari sisi manapun, manusia jelas-jelas mengungguli mereka.

Manusia bisa tinggal di mana saja. Bandingkan dengan pingiun yang dipaksa pindah ke gurun sahara, atau unta yang digusur untuk tinggal di antartika, atau ikan yang dipaksa tinggal di daratan, begitu juga ayam yang dipaksa tinggal di dasar laut. Sesama ikan saja mempunyai keterbatasan, ikan air tawar takkan berani menyentuh air laut yang asin, begitu juga ikan air laut takkan berani tinggal di air tawar.

Daya Tahan

Manusia mampu hidup dan bertempat tinggal di kutub yang sangat dingin. Manusia juga hidup dan tinggal di gurun sahara yang sangat panas dan kering. Suku eskimo melindungi diri dari cuaca yang sangat ekstrem dengan membangun iglo, mengenakan jaket kulit yang tebal. Bahkan mereka sekarang menggunakan mesin pemanas, seperti juga masyarakat yang tinggal di gurun sahara yang menggukanan mesin pendingin. Manusia adalah makhluk penjelajah, daya jelajahnya lebih jauh dan berkemampuan lebih besar untuk mengeksplorasi bumi dibanding makhluk manapun.

Manusia dengan teknologinya dapat tinggal berbulan-bulan di permukaan laut, menjelajah bebas dengan kapal selam sampai jauh di kedalaman samudera, sementara warga aslinya seperti ubur-ubur, hiu, penyu laut dan sebagainya hanya bingung menyaksikannya. Manusia pun tinggal di darat tanpa kesulitan, berkeliling bumi, bahkan terbang lebih cepat dari burung albatros dan melanglang lebih jauh dari burung elang, dengan pesawat bermesin jet yang berkecepatan supersonik bahkan ultrasonik. Kita mengalahkan cheetah sebagai binatang tercepat, kita juga mengalahkan anjing pencari jejak paling ulung. Kita lebih hebat dari binatang manapun.

Tidak seperti makhluk-makhluk yang dipengaruhi oleh alam dan tanpa daya itu, manusia malah mengeksploitasi alam demi keuntungan rasnya. Bahkan manusia pun dapat dengan mudah menghancurkan alam ini bila mereka mau. Semuanya dapat dilakukan dengan mudah oleh manusia karena ketinggian intelektualnya dan kekayaan emosionalnya. Yang paling hebat adalah kemampuan manusia untuk memilih. Kemampuan ini adalah faktor yang sangat vital dalam menaikkan derajat manusia dari makhluk-makhluk yang lain. Keistimewaan tersebut membuat manusia senantiasa dan akan selalu membuktikan keunggulan serta dominasinya terhadap dunia ini.

Kebebasan

Intelektualitas dan emosi manusia tidak akan berarti apa-apa seandainya kemampuan memilih tersebut lenyap dari dirinya. Karena itu, manusialah yang paling peka dan paling memahami arti dari kebebasan atau freedom atau liberte. Diucapkan dalam bahasa apapun, kata tersebut bermakna sama dan menjadi tujuan utama seluruh umat manusia, baik yang beradab maupun yang biadab. Nilai dari kebebasan adalah kebenaran, dan musuh dari kebebasan adalah ketidakbenaran, yaitu tirani jahat yang wajib dihancur-leburkan. Siapapun yang memperoleh kebebasan adalah seorang pahlawan, dan siapapun yang menjaga kebebasan agar tetap ada adalah seorang pengawal yang paling besar jasanya. Siapapun yang terhalang kebebasannya adalah manusia yang paling layak ditolong, sedangkan siapapun yang menghalangi kebebasan adalah manusia yang paling layak dimusuhi. Apapun dan siapapun tidak boleh menghalangi kebebasan, karena kebebasan adalah kondisi paling berharga yang kita peroleh dari Tuhan, dan karenanya menjadi keadaan yang paling berharga pula untuk dipertahankan keutuhannya. Kemampuan berkehendak dan memilih ini melahirkan daya untuk menghasilkan gagasan, menegaskan kebenaran (afirmasi) maupun menyangkal suatu pernyataan kebenaran (negasi) dalam gagasan tersebut.*

Dunia ini tersusun atas campuran material kebaikan dan keburukan. Andaikata kita sekarang hidup di surga, maka kita tidak akan pernah mendapati keburukan, karena surga didesain khusus untuk semua hal yang baik, kesenangan, kenikmatan, dan kesejahteraan. Pun sebaliknya, jika sekarang kita tinggal di alam yang sepenuhnya dicipta dari material buruk, neraka, maka kita tidak akan pernah mendapatkan apa yang dinamakan kebaikan, karena neraka didesain untuk semua hal yang buruk, kesengsaraan, kegetiran, dan kemiskinan. Tapi kita sekarang hidup di dunia yang baik dan buruk, sehingga pantaslah kita dibekali kekuatan untuk memilih. Dalam jiwa setiap orang, terdapat pikiran. Hanya manusia dan alien-alien saja yang dianugerahi pikiran. Pikiran adalah otoritas yang menangani kehendak bebas setiap individu. Setiap langkah yang akan diambil individu akan dikonfirmasi oleh pikiran untuk kemudian dikerjakan atau tidak. Lalu apa sebenarnya pikiran itu?

Interaksi

Manusia dan alien mempunyai kemampuan menanggapi rangsangan dari lingkungannya atau berinteraksi dengan sekitar. Untuk keperluan ini, manusia dibekali organ tubuh yang disebut indera. Jenis indera sesuai dengan media apa yang digunakan dalam interaksi. Sesuai dengan jenis indera dan medium perantaranya, ada enam macam interaksi inderawi, sebagai berikut:

1. Interaksi pada kulit, yang dihantarkan melalui semua benda kasar dalam bentuk gas, cair, dan padat tanpa reaksi kimia. Interaksi ini menghasilkan sensasi-sensasi sentuhan langsung.

2. Interaksi pada lidah, yang dihantarkan melalui benda-benda kasar berupa makanan, minuman, dll dengan reaksi-reaksi kimia. Interaksi ini menghasilkan rangsangan dalam bentuk rasa.

3. Interaksi pada hidung, yang dihantarkan molekul-molekul udara dengan reaksi-reaksi kimia. Interaksi ini menghasilkan rangsangan dalam bentuk bau.

4. Interaksi pada telinga, yang dihantarkan melalui rambatan getaran (gelombang) partikel-partikel udara. Interaksi ini menghasilkan rangsangan dalam bentuk suara.

5. Interaksi pada mata, yang dihantarkan melalui gelombang elektromagnetik berupa cahaya tampak. Interaksi ini menghasilkan rangsangan dalam bentuk warna.

6. Interaksi pada otak, yang dihantarkan melalui gelombang-gelombang murni dengan kecepatan tak hingga. Interaksi ini menghasilkan rangsangan berupa wujud virtual.

Dalam hierarki interaksi inderawi di atas, item nomor enam adalah pikiran. Pikiran adalah sistem virtual yang diciptakan organ otak melalui interaksi dengan lingkungannya. Kemampuan jangkau pikiran jauh lebih luas daripada indera-indera yang lain. Ia bisa menjangkau benda-benda yang ada di luar kota, misalnya benda-benda yang pernah ditemui di kampung, luar negeri, bahkan luar angkasa. Kemampuan gelombang murni dalam bergerak dan menghubungkan berbagai tempat di semesta raya, memungkinkan kemampuan luar biasa pikiran dalam menghubungkan kejadian-kejadian di belahan alam lain dengannya. Pikiran kita bisa berinteraksi dengan benda-benda yang jauh antah-berantah.

Di dalam otak manusia dan mungkin alien-alien terdapat nukleoaktivitas. Benda-benda tersusun atas bertriliun-triliun atom dan partikel lain, dimana setiap partikel itu juga memiliki nukleoaktivitas. Apabila benda-benda itu masuk dalam radius gravitasi otak seseorang, maka ia akan teridentifikasi dan menghasilkan wujud virtual dalam otak.

Radius gravitasi pada otak bisa dikontrol dan direkayasa oleh organisme yang bersangkutan. Apabila ia menghendaki gravitasi yang lebih kuat pada suatu arah, maka itu akan terjadi. Meskipun hasilnya bersifat virtual, rangsangan yang dihasilkan bisa dirasakan. Dan itulah yang akan ia rasakan sepanjang arah yang ia kehendaki. Dalam keadaan tidur, radius gravitasi otak lepas dari kontrol organisme. Ia akan berjalan tak karuan dalam dunia gelombang dan menghasilkan gambar-gambar virtual. Orang selanjutnya menyebut gambar-gambar tersebut dengan sebutan ‘mimpi’.

Gelombang-gelombang elementer yang ada di dunia kita sekarang terbagi menjadi dua karakter (dalam program masing-masing), yakni baik dan buruk, yang bercampur-baur. Setiap detik miliaran gelombang merangsek masuk ke otak kita. Sistem otak akan memilah-milah gelombang yang masuk, yang baik dikumpulkan pada program baik, yang buruk dimasukkan dalam program buruk. Lalu otak akan memilih program mana yang akan dijalankan yang kemudian akan mempengaruhi seluruh sistem organisme itu. Apabila otak memilih program baik, maka organisme akan melakukan perbuatan baik yang diperintahkan otak, dan menghasilkan rekam jejak baik pula. Rekam jejak ini berupa sebulir material gelombang baik yang menempel pada nukleoaktivitas. Rekam jejak ini biasa dikenal orang sebagai pahala. Apabila otak memilih program buruk, maka organisme akan melakukan perbuatan buruk, dan menghasilkan rekam jejak buruk pula. Rekam jejak ini akan menempel pada nukleoaktivitas dalam bentuk gelombang buruk. Rekam jejak ini kemudian disebut dosa. Jadi, tidak ada pahala atau dosa yang bisa diwariskan kepada individu lain.

Misalnya seseorang dihadapkan pada situasi ekonomi yang sangat menjepit. Ia diharuskan mendapatkan uang untuk kebutuhan hidup sehari-hari dia dan anak-istrinya. Ia pun berpikir dan memilah-milah berbagai program yang ada di dalam otaknya. Opsi yang muncul berupa program bekerja yang halal, meminta bantuan kepada orang tua, mengamen di jalanan, mencuri, merampok, menjual diri, dan berdiam diri. Setelah ia pikir masak-masak, ia pun memilih bekerja yang halal meskipun itu harus ia lakukan dengan susah-payah. Maka ketika ia mulai mengerjakan itu, rekam jejak baik pun menempel pada nukleoaktivitasnya. Dengan demikian ia membentuk suatu pahala.

Kecenderungan alami pahala berkumpul dengan material-material baik yang lain. Setelah dunia ini hancur sekalipun ia akan bergabung dengan material-material baik di surga. Sebaliknya, kecenderungan alami dosa senantiasa ingin berkumpul dengan material-material buruk yang lain. Setelah dunia ini musnah, ia akan berbondong-bondong menuju neraka. Itulah sebabnya Allah menjanjikan balasan bagi sekecil apapun perbuatan yang pernah dilakukan manusia di dunia ini, seperti termaktub dalam ayat: “Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula (QS. 99:5-8)”.

Hukum keadilan berlaku di sini. Bahwa kebaikan akan dibalas dengan kebaikan dan kejahatan akan dibalas dengan kejahatan. Hukum ini berlaku tidak hanya kelak di akhirat, namun ia juga berlaku dengan sangat meyakinkan di dunia ini. Ambil contoh yang paling sederhana, misalnya hukum aksi-reaksi dan sebab-akibat.

Suatu hari saya sedang berjalan di trotoar di depan Toko Buku Gramedia kota Depok. Saat itu jam pulang kerja, sehingga jalanan sangat ramai. Suatu kali saya terpeleset dari bibir trotoar, terpelanting dan hampir jatuh ke jalanan. Tiba-tiba ada sepeda motor yang sedang melaju kencang diantara himpitan mobil-mobil yang berjajar. Sepeda motor itu pun mengerem mendadak. Orang yang mengendarainya sontak membuka kaca helm dan menghardik saya: “Blo’on…!!!”. Dia pun pergi lagi. Beberapa puluh meter di depannya, ia hampir menabrak sepeda motor lain yang tiba-tiba muncul dari celah kemacetan. Si pengendara yang hampir ditabraknya itu pun membuka kaca helm dan menghardik: “Tolol…!!!”. Kejadian seperti itu sering kali saya temui, bukan pada saat itu saja. Sepintas kejadian ini menunjukkan bahwa orang yang memberi suatu keburukan, misalnya menghardik orang lain, maka ia pun akan dibalas dengan keburukan yang serupa. Begitu pula orang yang berbuat kebaikan, maka ia akan mendapat balasan kebaikan pula. Inilah hukum keadilan.

Alam Gaib

Ras manusia dilahirkan dengan membawa fitrah bahwa kebaikan adalah basis perbuatannya. Namun demikian, Tuhan tidak dengan serta-merta memusnahkan hal-hal yang buruk. Tuhan menghendaki bahwa hal-hal yang baik dan buruk akan selalu berjalan sejajar di dunia ini, sebagai sesuatu yang memenuhi prinsip keberpasangan. Rupanya Tuhan yang menciptakan kita cenderung pada hal-hal yang baik. Itu pula yang ditiupkannya ke dalam ruh kita. Karena manusia juga dibekali sifat lupa, maka Tuhan menurunkan wahyu kepada rasul-rasul yang dipilihNya. Tuhan menghendaki manusia membentuk kehidupan sesuai dengan aturan-aturan agama yang telah diturunkan melalui wahyu tersebut. Namun sekali lagi, bukan berarti manusia yang berbasis pada kebaikan agama ini akan menjalani kehidupan yang datar tanpa gangguan apapun. Ia akan selalu diganggu oleh kejahatan. Di antara dua kelompok orang itu, yang akan menang adalah orang-orang yang paling banyak berjuang, baik itu orang baik maupun orang jahat.

Di dunia gaib, Allah menciptakan malaikat dan jin untuk mendiaminya—alien tidak termasuk, karena alien adalah jenis manusia luar angkasa. Malaikat diciptakan dari material-material gelombang baik dan jin diciptakan dari material-material gelombang buruk. Dua ras makhluk alam gaib ini akan selalu mengintervensi kehidupan manusia. Malaikat akan cenderung membawa manusia ke dalam ranah kebaikan, sedangkan jin akan selalu mendorong manusia untuk berbuat keburukan dan kehancuran. Mengapa manusia yang menjadi objek? Karena hanya manusialah yang dibekali kebebasan untuk memilih, baik atau buruk ekuivalen surga atau neraka. Setelah dunia ini kiamat, malaikat secara otomatis akan menempati surga, karena tubuhnya tersusun atas material surga, sedangkan jin secara otomatis akan menempati neraka, karena tubuhnya tersusun atas material neraka. Tapi manusia tergantung dirinya sendiri, mau memilih surga atau neraka, tergantung dari perbuatannya di dunia.

Kehidupan ini bertujuan untuk menghitung seberapa banyak materi baik dan buruk yang pernah dikonsumsi setiap individu ras manusia dan alien-alien, yang tersurat pada ayat QS. 99:5-8. Ketika proses dekonstruksi sedang berlangsung, setiap manusia disidang dalam pengadilan Allah. Rekam jejak-rekam jejak yang pernah dilakukannya diputar kembali, dihadapan Allah. Saksi-saksi pun diajukan. Orang-orang yang pernah dizaliminya bersaksi, orang yang pernah dibantunya pun bersaksi. Jalan, pohon, masjid, gereja, kuil, meja, kursi, dan semua hal yang pernah berhubungan dengannya bersaksi, bahkan tangan, kaki, dan bagian tubuhnya yang lain pun ikut bersaksi. Perhitungan amalan pun dijalaninya. Ia akan memperoleh kadar balasan sesuai dengan amalan yang pernah dikerjakannya, amalan baik akan dibalas dengan surga dan amalan buruk akan dibalas dengan neraka. Dalam semesta teosentrik, surga dan neraka telah dipersiapkan di orbit-orbit lain di luar dunia. Organisme-organisme akan dikirim ke surga dan neraka dengan skenario yang telah ditetapkan Allah.

Tampaknya kehidupan adalah tujuan Allah menciptakan semesta ini, dan kehidupan yang dikehendakiNya menuju kekekalan adalah kehidupan manusia (dan alien-alien).

*Sumber:http://netsains.com

Foto:eso-garden.com



Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ..... - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger